“ 3 Pujangga Negara. “
3 Pemuda, berdiri diatas gedung tinggi petang Itu.
Membiarkan tubuh mereka terkena efek cahaya matahari yang mulai hilang di ufuk
baratnya. Gedung Itu seperti panggung Aspirasi ketiga Pemuda itu. Masing-masing
bernama Rendy, vikri dan aswir. Ketiga pemuda yang bersahabat itu, prihatin
atas Negrinya. Kepedihan yang disebabkan korupsi. Sejauh mata memandang, mereka
hanya melihat kesengsaraan yang bersembunyi di tengah gemerlap kota
metropolitan. Ditengah kemewahan, ternyata banyak penderitaan yang terselip. Banyak cerita yang akan terkuak dari atas
sini. Dengan setengah hati mereka akan menceritakannya pada semua orang, bahwa
Negrinya bukan Negri yang kaya ataupun ramah. Rendy yang memulai untuk
bercerita,
Rendy : “ Ada Berita Dari Banyak Berita, Tapi Berita
Rakyatlah Yang Paling Menderita. Terutama Rakyat Kecil Seperti Kami Ini. Hanya Bisa Menunggu Uluran
Tangan Pemerintah Dan Para Pejabat Yang
Kehadirannya Tak Pernah NYATA ! ”,
Rendy , berteriak mengejek. Ingatannya terputar, akan kesengsaraan
rakyat di bawah kekuasaan pemerintah yang bertindak sesukanya. Dia berdo’a
dalam hati semoga kerakusan para pejabat itu lenyap. Seperti sang mentari yang
melelehkan bongkahan es di kutub. Saat rendy menundukan kepalanya.kecewa. vikri
bersaut menambah argumentasi teman baiknya itu,
menilai negrinya yang carut-marut.
Vikri : “ Siapa Lagi Yang Akan Peduli Dengan Nasib
Kami, Jika Bukan Diri Kami Sendiri . Siapa? , Pemerintah
? Atau Para Pejabat ? . Heh… Mereka Hanya Memikirkan Perut-Perut Mereka
Sendiri.Mereka
Hanya Menumpuk-Numpuk Hak Kami Ke Dalam Perut Yang Terlihat Semakin Buncit itu
!”,
Menurutnya, tidak ada yang peduli pada hak-hak rakyat yang
terjajah, jika bukan rakyat sendiri yang
terus melawan kerakusan yang menyebut diri mereka “Orang Penting Negara”.
Demokrasi akan benar-benar hilang. Secuil contoh adalah perubahan UU PILKADA. Rakyat
menginginkan, sebaiknya tidak ada perubahan dalam UU PILKADA. Namun kenyataan
wakil rakyat yang duduk di kursi singasannya dan gedung mewah itu hanya
memetingkan kepentingan-kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Termiris
dalam hati, Vikri menangis.
Saat
dua sahabatnya sibuk, akan pemikirannya
di dalam tempurung masing-masing. Aswir mengeluh kecewa dan memperjelas semua
kenyataan yang ada dalam Negrinya yang semakin hari semakin hancur dengan
perlahan.
Aswir : “ Mereka Tak Pernah Berpikir Kami Menderita,
Hak Kami Terlupakan, Demokrasi Kami Terjajah
Dan Menutup Kedua Telinga Mereka Seperti Orang Tuli Oleh Suara Rintihan &
Raungan Penderitaan Kami Atas Ulah
Mereka ! ”
Aswir berpikir atas semua apa yang dia lihat dan tergambar
jelas di depan matanya saat ini, adalah wajah Negri yang dia cintai. Tersenyum
getir dirinya melihat kenyataan ini.
Rendy : “
Rakyat Menderita Tiap Hari Tapi Malah Mengurus Hal Yang Tidak Penting (Komisi 3 DPR Ikut Menangani Kasus Eyang Subur ). Kemana Akal
Kalian Bung?! ” (Enggak Punya Akal ).
Emosi rendy meledak-ledak, saat mengingat kebodohan yang
diciptakan para elit politik yang mengaku dan merasa paling pintar sendiri.
Orang-orang yang berbuat kebodohan dalam kepintarannya sendiri. Tertawa sinis,
mengepal tangan. Menahan emosi.
Vikri : “ Kemana Rasa Peri Kemanusiaan Kalian? ,
Lalu Kemana Perginya Janji-Janji Manis Kalian Yang Kalian Janjikan Dulu Saat Mengemis Jabatan
Kepada Kami?!.”,
Emosi vikri pun tak
kalah mengobar-ngobar seperti api yang membakar sampai ke tempat sedingin es
sekalipun. Tak peduli dengan setitik hal baik yang telah mereka berikan pada
rakyat tak sebanding dengan penderitaan yang di alami rakyat kecil. Yang dia
peduli adalah bagaimana cara untuk menghentikan ini semua. Membangun bangsa dan
Negrinya kembali menjadi Macan Asia yang
diseggani dan tangguh. Bukan seperti sekarang, macam macan ompong yang sedang
mengaung tak arah. Bagaimana cara mengganti pola pikir para pemuda-pemudi.
Bergotong royong membangun Negrinya yang hampir runtuh ini. Vikri berjatuh
lemah. Ia tak tak tahu bagaimana caranya.
Janji manis, yang mereka semua janjikan hilang bak ditelan
bumi. Entah kemana perginya semua janji
manis para monyet, tikus berdasi dan para lintah darat yang menyebabkan
kerusakan dimana-mana di negri ini, di negri yang amat kaya. Negri yang sangat
di kagumi semua orang di luar sana.
Mereka menangis, menangisi kegagalan ini. Dan mereka hanya
bisa bertekat, dengan apa yang mereka bisa lakukan untuk negri ini. Akan
membuahkan hasil.
_-----_
Aswir : “ Kata Orang Negri Ini Kaya Tapi Kenyataan
Anak Negri Kurang Gizi.. Keserakahan Kalian Membuat Generasi Muda Penerus Bangsa Tak Merasakan
Nikmat Menuntut Ilmu ”
Katanya gratis sekolah 9 tahun ?, tapi nyatanya masih banyak anak indonesia yang tidak
sekolah, anak-anak pinggiran kota metropolitan, anak-anak pedalaman yang jauh
dari kata modern dan layak, anak-anak perbatasan yang berjuang tetap mengenal
negrinya dari naluri tanpa pengetahuan yang konon kabarnya di janjikan oleh
pemerintah yang di tunggu uluran tangannya.
Sedangkan anak-anak hebat sedang berjuang mati-matian tetap
mencintai negrinya, para elit politik malah berebut kekuasaan dan harta. Mereka
lagi-lagi haanya memikirkan kepentingan dirinya sendri bersama kelompoknya. Itu
yang aswir tangkap dari realita yang
terjadi selama ini.
Rendy : “Kata Orang Negri Ini Damai Tapi Kekerasan
Dimana-Mana.. Kata Orang Negri Ini Ramah, Tapi
Kenyataan Kesadaran Membuang Sampah
Tak Ada Hutan Si Jantung Dunia Gundul Dan Satu Persatu Fauna
Punah! ”
Damai ? oh.. god, kata itu jauh dari negri ini. Kerusuhan masih
dimana-mana dan demo menuntut kesejahteraan masih merajala lela. Tawuran antar
pelajar dan kerusuhan di atas panggung
sandiwara di gedung megah nan mewah DPR/MPR ikut serta andil dalam merusak
citra Damai dari negri ini. Rendy masih merasakan getir ini.hidup dalam
bayangan, bukan pada kenyataan yang terasa pahit ini. Omong kosong, semua omong
kosong. Menurutnya seperti itu.
Vikri : “ Ya… Kata Orang Semua Kata Orang Berbeda
Dengan Kenyataan Di Lapangan Yang Berbanding
Jauh Dari Perkataan Mereka Yang Hampir Sempurna ? ”
Semua orang, semua kata orang. Menyebutkan bahwa negri ini
Sempurna.tapi kenyataan semua hanyalah bayangaan manis yang tergambar hampa,
sehampa padang pasir yang gersang. Membayangkan hal itu, vikri tahu itu
hanyalah omong kosong. Pikirannya sama dengan apa yaang sedang dibayangkan oleh
salah satu teman baiknya, Rendy.
3 Pujangga Negara Serentak Mengatakan, Penuh Tekanan :
“ Kita Mengaku Bertahan Air Satu Tanah Air Tanpa Korupsi.
Kita Mengaku Berbangsa Yang Satu . Bangsa Yang Lestari. Kita Mengaku Berbahasa
Satu Bahasa Tanpa Kekerasan . One World With Out Corupption !! ”.
-------------
Satu bulan yang lalu, Rendy mendapat beasiswa untuk
melanjutkan kuliah S2nya di Paris. Namun dengan perbandingannya dan segala
pertimbangnnya. Dia memutuskan untuk tetap tinggal pada negri ini. Tetap
tinggal dan berbuat semampunya untuk membangun negrinya. Menjadi seorang guru di
perbatasan antara kalimantan dan malaisya. Dia sadar, Negri ini telah banyak
memberikan banyak hal untuk dirinya. Dan saat ini adalah pembuktiannya untuk
mengabdi dan terus mencintai negri ini tanpa lelah.
Sedangkan Vikri, 1 minggu yang lalu. Memenangkan tender
bermilyar-milyar atas perusahaan milik seseorang. Ya, dia hanya seorang
karyawan dari cukong China yang bermain-main dalam dunia bisnis Indonesia dan
membuat banyak perusahaan asli milik orang indonesia bangkrut dan kalah saing.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dan tidak mau menerima sepeser
pun uang dari menang tender tempo hari. Dia mersa mencurangi negrinya sendiri.
Aswir, awalnya hanya pekerja ilegal dari pembalakan liar,
kini telah mengundurkan diri dan melaporkan itu pada pihak yang berwajib.
Dengan uang yaang selama ini ia kumpulkan, dia membeli bibit-bibit pohon untuk
ditanam kembali. Dan dia, berhasil menjadi pelopor kesuksesan reboisasi di
hutan-hutan yang botak atas pekerjaannya dulu.
Mereka semuanya memang di tempat yang berbeda. Tapi tujuan
mereka tetaplah sama, untuk membangun indonesia menjadi lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar