Selasa, 28 April 2015


Harapan belum berakhir  (Part 2)

Di bale depan rumah kontrakan, aku dan ka Herlin bersantai sambil menyantap bakso yang tadi dibelikan ka Herlin, kami makan dalam diam.

Rabu, 22 April 2015

“ 3 Pujangga Negara. “

                3 Pemuda,  berdiri diatas gedung tinggi petang Itu. Membiarkan tubuh mereka terkena efek cahaya matahari yang mulai hilang di ufuk baratnya. Gedung Itu seperti panggung Aspirasi ketiga Pemuda itu. Masing-masing bernama Rendy, vikri dan aswir. Ketiga pemuda yang bersahabat itu, prihatin atas Negrinya. Kepedihan yang disebabkan korupsi. Sejauh mata memandang, mereka hanya melihat kesengsaraan yang bersembunyi di tengah gemerlap kota metropolitan.  Ditengah kemewahan,  ternyata banyak penderitaan yang terselip.  Banyak cerita yang akan terkuak dari atas sini. Dengan setengah hati mereka akan menceritakannya pada semua orang, bahwa Negrinya bukan Negri yang kaya ataupun ramah. Rendy yang memulai untuk bercerita,
Harapan belum berakhir (Part 1)

Malam Ini, langit begitu sepi. Tanpa bintang atau pun bulan yang nampak dan udara pun terasa begitu dingin menerpa kulitku. Menatap langit, aku seperti orang yang buta tanpa adanya cahaya.
Sercercah harapan

Cahaya rembulan berganti mentari,

Pengcahayaan yang remang bergantikan cahaya terang,

Aku menyusuri jalan setapak tanah merah yang lembab,

Bekas hujan kemarin senja,

Menyongsong masa depan dengan perlahan,

Berharap besok nasib akan lebih baik,

Melangkah dengan langkah yang sempit,

Perlahan tapi pasti,Mengikis waktu yang tiada berhenti. 

TRIO BIJAK :
Rei
FTon
El
Pagi,
Saat mentari menyambutku hari ini,
Dengan kehangatan dan cahaya keemasannya,
Membuat sekelilingku menjadi bersinar.

Pagi,
Aku terhanyut dalam aroma hujan semalam,
Yang membasahi tanah yang ku pijak saat ini,
Dedaunan yang menyentuh tanah,
Lalu kembali lagi ke derajat semula,
Hanya untuk menghantarkan embun pagi dengan baik.

Pagi,
Gemercik air aku dengar dari tetesan setiap bulirnya,
Yang menyentuh keramik dekat kolam,
Menghasilkan nada-nada monotrom,
Membuat laba-laba menarik-narik senar sarangnya,
Dua kaki memetik benang halus itu,
Bagai memainkan gitar akustik,
Bernyanyi diiringi tetesan air perdetiknya,
Mengucapkan rasa syukur kepada tuhan dengan apa yang ia bisa.

Pagi,
Air kolam pun  ikut bergoyang,
Membawa kehidupan baru,
Untuk nyawa yang di tinggali ikan-ikan kecil,
Menyambung napas untuk teratai bermekaran,
Bersama sang bunganya.

Pagi, bolehkah aku bertanya satu hal ?,

Mengapa air mata ini juga membasahi wajahku ?



TRIO BIJAK

Ridia Irin (REI)
Fatonah (FTon)
Zahrotun Nissa El Laily (El)